28 Januari 2014

KRL Commuter

Kali ini kita akan membahas seputar KRL dan pernak-pernik yang sebelumnya sudah saya posting. KRL saat ini bisa dinilai cukup merakyat, artinya semua profesi bisa menggunakan jasa angkutan massal ini. Dan suasana di dalam KRL pun sudah mulai tertib, tidak ada lagi pedagang, pengamen atau pengemis. Tidak ada lagi pemandangan miris yang bikin kita balik kanan, sudah sangat berbeda. Saat ini kondisi KRL cukup nyaman bagi perempuan cantik, lelaki macho, manula dan ibu hamil. Ada kursi prioritas yang disediakan di setiap ujung gerbong, jadi apabila Anda masih muda, tidak hamil atau lelaki perut buncit jangan coba-coba merebut hak kaum prioritas. Siap-siap diusir kalau tetep nekat.
Sama halnya dengan pemandangan di semua stasiun kereta, baik itu lokal atau jarak jauh. Steril, stasiun hanya diperuntukan bagi calon penumpang kereta. Tidak ada lagi pedagang voucher, koran, rokok, pengemis atau manusia galau yang gak jelas keperluannya yang hobi nongkrong seharian di peron. Semua harus steril, pintu keluar-masuk penumpang juga wajib melalui pintu stasiun. Tidak ada lagi yang boleh masuk dan keluar melalui jalur kereta atau pagar stasiun. Peraturan ini dibuat untuk menciptakan suasana aman dan nyaman. Begitu sterilnya, sehingga kursi tunggu di peron pun jarang....

Rute perjalanan kereta (perka) KRL di Jabodetabek ada 5 lintasan, yaitu :

  1. Jakarta Kota - Depok / Bogor
  2. Jatinegara - Pasar Senen - Tanahabang - Depok / Bogor
  3. Jakarta Kota - Manggarai - Bekasi
  4. Tanahabang - Serpong - Maja
  5. Duri - Tangerang

Sebetulnya ada lagi rute Tanjung Priok - Jakarta Kota, mungkin karena biaya operasional lebih tinggi dari pemasukan, maka rute itu dihapus. 
Saat ini peminat KRL lumayan tinggi, ini bisa dilihat dari penuh sesaknya setiap KRL pada jam sibuk. Pagi dan sore. Bahkan di rute Jakarta - Bogor dan Tanahabang - Parungpanjang jadwal diperpanjang karena banyaknya penumpang hingga KRL terakhir (sekitar pukul 23:30). Sedangkan tujuan Bekasi terakhir pukul 22:25 dan tujuan Kampung Bandan pukul 20:36.
Mengapa peminat KRL semakin terus bertambah? Sederhana saja, cepat dan ekonomis. Bayangkan dengan uang kurang dari tujuh ribu rupiah, kita sudah bisa sampai ke tempat tujuan - utara ke selatan, barat ke timur. Tanpa kesal dan capek di jalan ibukota Jakarta yang tiada hari tanpa macet.
Tunggu dulu! Apakah benar pendapat saya itu? Mari buka catatan kecil saya tentang gangguan-gangguan yang sering terjadi dalam perka KRL.
Yang namanya transportasi massal, pasti ada kekurangannya. Ada kalanya perka KRL mengalami gangguan, tidak selurus jalur rel :

  • Jadwal telat. Semakin telat, semakin kacau. Penumpang semakin menumpuk dan membuat sesak di dalam KRL. Biasanya terjadi pada jam sibuk, dan yang paling sering terjadi di sore hari. Mungkin ini disebabkan jalur rel yang sejalan dengan lokomotif atau kereta api jarak jauh.
  • Gangguan sinyal atau wesel. Kalau sudah begini, KRL mati kutu. KRL tidak bisa menyerobot dan mengabaikan sinyal atau wesel. Akhirnya penumpang dibuat "mati gaya" di dalam gerbong. Gangguan ini biasanya terjadi di persilangan jalur rel dan akan terjadi antrian.
  • Listrik Aliran Atas (LAA) padam. Sebagian besar KRL hanya bisa berjalan dengan listrik, bukan dengan diesel. Ini lebih parah daripada gangguan wesel atau sinyal, biasanya KRL akan mengalami stagnasi 1-2 jam.
  • Pembatalan jadwal KRL. Wuih... jadwal normal saja dirasa kurang banyak, apalagi ada pembatalan jadwal KRL. Pembatalan bisa terjadi dampak keterlambatan yang tinggi untuk menghindari semrawutnya jadwal atau pembatalan karena kerusakan KRL.
  • Gangguan KRL. Ini gangguan yang paling dibenci. Lagi duduk enak sambil tidur lelap, KRL rusak dan harus turun untuk menunggu KRL berikutnya... jarang ada KRL pengganti. Armada yang kurang menjadi alasan gangguan ini, untunglah saat ini 180 gerbong JR205 sudah datang dari Jepang dan siap beroperasi. Walau kereta bekas, tapi masih bagus (katanya).
  • AC tidak dingin atau rusak. Harga tiket KRL AC diturunkan, kualitas ikut menurun juga? Gerbong yang sarat berisi penumpang dengan fasilitas pendingin udara yang buruk? Silahkan Anda bayangkan. Penumpang pun satu per satu tumbang karena pengap dan sesak. Tak heran jika mendengar penumpang yang pingsan.
  • Banjir. Kalau ada stasiun transit yang terkena banjir, jalur rel kereta tergenang misalnya, ini bagaikan benang kusut. Mau ngomel-ngomel ke siapa? Dampak dari banjir biasanya gangguan sinyal, atau antrian KRL. Ada ketentuan batas aman untuk kereta bila melewati rel yang tergenang.

Ada lagi? Tentu masih saja ada gangguan kecil hingga gangguan besar lainnya. Dari sekedar gangguan bau badan yang tak sedap hingga gangguan keamanan lainnya (copet atau pelecehan). Namun semoga gangguan-gangguan itu belum atau tidak akan Anda alami.

Berikutnya, kita bahas rute praktis. Bagaimana kita menyiasati rute Tangerang ke Bogor, Bogor ke Serpong atau Bekasi ke Tangerang?
Pertama, kita harus mengetahui stasiun transit tempat dimana nanti kita berpindah rute. Jadi Anda tak perlu keluar stasiun untuk membeli tiket lagi. Cukup sebut tujuan akhir saat membeli tiket di stasiun keberangkatan.
Anda harus menghapal beberapa stasiun transit ini yang menghubungi perka KRL : 

  1. MANGGARAI. Ibarat tubuh, stasiun Manggarai ini jantungnya perka KRL karena menghubungi :
  • Depok dan Bogor
  • Jakarta Kota (Beos)
  • Tanahabang, Serpong dan Duri
  • Jatinegara, Bekasi
2.   JATINEGARA
  • Bekasi
  • Manggarai
  • Pasar Senen 
3.  TANAHABANG
  • Parungpanjang
  • Duri
4.  DURI
  • Tangerang
  • Kampung Bandan
5.  JAKARTAKOTA
  • Manggarai
  • Rajawali
  • Jatinegara
6.  RAJAWALI
  • Tanjung Priok
  • Jatinegara
7.  KAMPUNGBANDAN
  • Jakarta Kota
  • Rajawali.

Bagaimana rute dari Tangerang menuju Bogor? 
Ini petunjuk praktis saya :
- Dari stasiun Tangerang, kita menuju stasiun transit Duri. Di stasiun Duri, kita melanjutkan perjalanan ke stasiun Bogor. Selesai. Berapa tarifnya? Hanya Rp 6.000,- saja (27 stasiun).
Bagaimana rute dari Bogor menuju Parungpanjang?
- Dari stasiun Bogor kita menggunakan rute Bogor - Kampung Bandan, lalu turun di stasiun transit Tanah Abang. Dari stasiun Tanah Abang kita beralih menggunakan KRL jurusan Parungpanjang. Dan... sampai. Tarifnya Rp 6.000,- saja (29 stasiun).

Bekasi ke Tangerang? Ini dua kali singgah di stasiun transit, saya tidak akan memberitahu Anda di rute ini. Silahkan Anda cari tahu sendiri, dengan rangkuman yang ada di blog ini.

TIKET KRL

Tidak seperti era sebelumnya, tiket KRL saat ini menggunakan sistem elektrik, atau e-ticket. Tidak akan kita temui lagi tiket kertas yang sering dipalsu penumpang atau dikorup oknum petugas loket. Ada 2 jenis tiket yang berbentuk kartu kredit ini :

1. THB (Tiket Harian Berjaminan)

Untuk mendapatkan THB, setiap penumpang tetap harus antri ke loket setiap akan melakukan perjalanan, namun ada dua biaya yang harus dibayarkan yakni harga tarif sesuai jumlah stasiun yang akan dilewati dan Uang Jaminan sebesar Rp 5.000,- (lima ribu rupiah). Jadi, bila dari Tangerang ke Bogor kita harus membayar THB Rp 11.000 dengan rincian Rp 6.000,- untuk tarif perka + Rp 5.000,- untuk jaminan THB.
Uang jaminan tersebut tidak hilang atau hangus dan dapat diuangkan kembali selama pengguna mengembalikan tiket tersebut atau pembelian untuk rute perjalanan pulang atau perjalanan baru di loket stasiun sesuai aturan yang berlaku. Masa pengembalian kartu THB adalah tujuh (7) hari, lewat dari itu hangus.
Foto : wikipedia








2. KMT (Kartu Multi Trip)

Meski pada proses penggunaan tidak memiliki banyak perbedaan, namun KMT menawarkan lebih banyak kemudahan bagi pengguna jasa KRL. Dengan menggunakan kartu berlangganan, setiap akan melakukan perka KRL, penumpang tak perlu lagi untuk antri diloket, selama masih terdapat saldo minimum. KMT yang kita miliki dapat langsung menuju pintu masuk dan melakukan tap in pada gate peron.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar