27 Januari 2014

Sensasi KRL Jabodetabek....


     Entah sudah berapa lama naik KRL Jabotabek untuk pergi pulang ke tempat kerja; saya tak ingat. Awalnya saya enggan naik kereta, ngeri melihat banyak penumpang bergelantungan di pintu ataupun naik di atas atap, mungkin karena terlalu padatnya penumpang.
     Tapi ketika naik KRL bayangan itu hilang, saya masih bisa masuk ke gerbong walaupun kadang-kadang saking padatnya hingga tak dapat menggerakkan tangan atau pun kaki. Suasana KRL berbeda-beda. KRL Ekonomi tanpa AC, penjual, pengemis pengamen apalagi pencopet bebas hilir mudik tak peduli kereta penuh penumpang atau tidak.
     Pemenang kontes Indonesian Idol Aris, adalah salah satu pengamen di KRL Ekonomi Jurusan Jakarta-Bekasi. Sering saya melihat dia beraksi bersama teman-temannya, tapi semenjak menjadi pemenang kontes itu dia sudah tidak pernah lagi bernyanyi di KRL, di TV pun tidak terlihat lagi, kemana gerangan….?

   
Foto: viva.co.id
Di KRL ekonomi ini pun banyak yang berteman karena seringnya mereka bertemu, hampir tiap hari, pada kereta yang sama, jadwal yang sama dan gerbong yang sama pula, maka tak heran bila para pengguna KRL Ekonomi ini membentuk komunitas masing-masing, sampai-sampai ada yang main arisan segala, sekaligus membangun relasi. Begitu kompaknya mereka, copet pun enggan beraksi di komunitas ini karena wajah baru pasti ketahuan. Bila sehari saja ada yang tidak muncul, esok hari pasti ditanyain, kemana kemarin, naik apa, atau kesiangan?

     KRL AC Ekonomi atau disebut juga Commuter Line lain lagi, pedagang, pengemis dan pengamen dilarang masuk. Penumpang di KRL ini tidak seheboh di KRL Ekonomi, masing-masing sibuk dengan diri sendiri, ada yang membaca koran atau pemandangan yang sama sering terlihat yaitu: pandangan kebawah, jari bergoyang-goyang dan terkadang senyum sendiri; asyik dengan hpnya.
Ada sebagian komunitas di kedua kereta ini menyebut dirinya Roker alias Rombongan Kereta.

     Sukadukanya banyak, diantaranya lebih cepat sampai tujuan (kalo gak mogok/telat), ongkos yang dikeluarkan lebih sedikit dibanding naik angkot/bus, apalagi kalo naik taksi. Yang bikin keki itu ya kalo keretanya telat, atau ketinggalan kereta, atau yang lebih sering itu karena kerusakan wesel atau mogok di tengah jalan.

Bila Anda ingin merasakan sensasi naik KRL, monggo silahkan…

Itulah sedikit cerita tentang KRL Jabotabek.

@doel_somuch

Tidak ada komentar:

Posting Komentar